Ki Demang: Perjalanan sejarah Adipati Nitiadiningrat l, Direfleksikan di Kehidupan Jaman Sekarang Dalam Bentuk Seni Budaya Mendukung Program Wisata Kota Pasuruan

Acara Sarasehan Budaya mengangkat tema Perjalanan Sang  Adipati Nitiadiningrat  l.


Pasuruan-Pasline

Lembaran sejarah Kyai Adipati Niti Adiningrat l, dibuka kembali oleh budayawan, penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan sejarawan Pasuruan dalam sebuah acara sarasehan budaya. Perjalanan Sang  Adipati Nitiadiningrat  l, menjadi tema dalam Sarasehan Budaya yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan, di Hotel Darussalam, Jalan Soekarno-Hatta No.41-43, Kelurahan Trajeng, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Minggu (22/12/24) malam. 


Menurut catatan sejarah atau manakip Adipati Nitiadingrat l yang dibacakan oleh KRMT Setyodiprojo, Bupati Pasuruan ke-lX  itu memimpin Pasuruan selama 38 tahun, sejak tahun 1751, tanggal 27 Juli, hingga tanggal 08 November 1799. Adipati Nitiadiningrat l juga sukses menancapkan trahnya sampai pada generasi Niti Adiningrat lV yang berkuasa pada tahun 1833 hingga tahun 1887. 


Nara sumber, juga sejarawan Pasuruan, Ki Demang (Resa) memaparkan, bahwa  trah Adipati Nitiadiningrat telah berkuasa selama 136 tahun di bumi Pasuruan. Hal itu tidak lepas daripada peran Adipati Nitiadiningrat l yang telah menanamkan kepercayaan kepada masyarakat Pasuruan, kemudian dilanjutkan putranya, Niti Adiningrat ll, Niti Adiningrat lll dan Niti Adiningrat lV.


Kecintaan kepada masyarakat Pasuruan diwujudkan melalui Karya yang dipersembahkan untuk masyarakat Pasuruan adalah Masjid Jami' Al Anwar, yang dibangun bersama Mbah Slagah (Kyai Hasan). 


Menurut Ki Demang, Adipati Niti Adiningrat l dikenal sakti dan jagoan perang. Memiliki jiwa kepemimpinan yang luar biasa sehingga mampu menumbuhkan loyalitas masyarakat kepadanya. Adipati Nitiadiningrat l juga dinilai telah berjasa besar terhadap perkembangan peradaban masyarakat Pasuruan seperti perkembangan sosial, budaya, dan perekonomian masyarakat Pasuruan di jaman kolonial Belanda. Tidak hanya di Pasuruan, terang Ki Demang,  trah Adipati Nitiadiningrat juga menjadi penguasa di wilayah lain seperti Surabaya, Malang dan Lumajang.


"Perjalanan sejarah Adipati Nitiadiningrat l, yang masa kecilnya bernama Raden Groedo Itu,  bisa direfleksikan di kehidupan jaman sekarang dalam bentuk seni budaya mendukung program wisata di Kota Pasuruan. Seperti menyelenggarakan festival Nitiadiningrat,  tujuannya, memperkuat Kesejarahannya, meningkatkan kreatifitas masyarakat yang akan menumbuhkan UMKM masyarakat Pasuruan," papar Ki Demang.


Paparan Ki Demang tersebut, tidak saja membuka informasi terkait sejarah Adipati Nitiadiningrat l kepada peserta sarasehan. namun juga  mendapat kritik dari salah seorang Budayawan Kota Pasuruan, Ilham. Dia meminta kepada Ki Demang agar menyimpulkan pernyataannya yang mengatakan jika Adipati Nitiadiningrat l menerapkan strategi kooperatif kepada Belanda. 

Ilham meminta strategi kooperatif Nitiadiningrat disimpulkan. Karena hal ini penting , ketika strategi itu dijadikan ideologi perjuangan Masyarakat Pasuruan.


"Strategi kooperatif Adipati Nitiadiningrat yang telah dipaparkan saudara Nara Sumber, Ki Demang, sangat bertolak belakang dengan strategi yang diterapkan I Gusti Untung Suropati. Dalam perjalanan memimpin Pasuruan, I Gusti Untung Suropati tidak ingin ditindas bangsa lain. Maka, cara  perjuangannya, dengan melakukan perlawanan kepada  bangsa Belanda," kritik Ilham.


Satu lagi kritik diarahkan kepada Nara sumber. Kali ini datang dari tokoh seniman dan budayawan Rosidi. Dia menilai sarasehan ini tidak sesuai dengan tema. Menurutnya, sarasehan ini mestinya diberi label sarasehan sejarah bukan sarasehan budaya. Karena yang dipaparkan oleh narasumber lebih banyak unsur sejarahnya.


"Keluasan pikiran kita yang hadir ini banyak orang tradisi yang benar-benar memegang budaya leluhur. Budaya luhur apa yang dicontohkan oleh Adipati Nitiadiningrat ini tidak dipaparkan sama sekali oleh narasumber. Lain kali panitia harus lebih teliti menulis tema," tegas Rosidi.


Acara tersebut juga dihadiri PJ. Walikota Pasuruan Adi Wibowo. Mas Adi sapaan akrab Adi Wibowo memberikan sambutannya di penghujung acara sekaligus melakukan prosesi pemotongan tumpeng.


Dalam sambutannya Mas Adi mengatakan, dalam acara sarasehan ini dia sengaja menghadirkan Resa alias Ki Demang, teman akrabnya. "Saya mengajak mas Resa atau Ki Demang karena dia salah satu perumus Pasuruan Kota Pusaka. Dan harapannya, kita ini akan mendapat rumusan khasanah dan rekomendasi yang akan bermanfaat bagi masyarakat kota Pasuruan. Mari kita bersama-sama dengan peran masing-masing, tujuan kita bersama masyarakat membangun Kota Pasuruan semakin maju, harmoni dan berkesinambungan," pungkasnya. 


Ketua panitia Sarasehan Budaya, KRT.Budoyodipuro atau lebih dikenal dengan Rachmad Tjahyono mengatakan, acara sarasehan budaya ini merupakan satu rangkaian dalam acara Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) tahun 2024.


Menurutnya, setelah acara Sarasehan Budaya, besoknya dilanjutkan dengan Kirab Budaya, start dari  halaman Gedung Wicaksana Laghawa Polres Pasuruan Kota, menuju Gedung Kesenian Darmoyudo di Jalan Panglima Sudirman, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Senin (23/12) sore.


"Kirab budaya, menggambarkan prosesi Boyong Kraton dari desa Groedo menuju Dalem Enggal. Acara kirab akan dipungkasi dengan Gerebeg Surga-Surgi," terang KRT.Budoyodipuro.


Reporter : Prabowo.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caretaker DPC Persatuan Alumni GMNI Kota Pasuruan Dilantik, Tugas Utama Selenggarakan Kofercab

Udik Yanuarto Pimpin PSSI Kabupaten Pasuruan Periode 2024-2028

Jalan Sehat Desa Pleret Bangun Kebersamaan Warga dan Promosi Pasar Desa Pleret.